Friday 29 August 2014

"SEX" BIARKAN ANAK-ANAKMU BERTANYA PADAMU



Seorang ibu setengah baya datang di tempat saya bekerja. Dia menceritakan kalau anak gadisnya yang baru  kelas dua,  sekolah menengah pertama mengalami kekerasan seksual. Sekarang usia kehamilannya sudah lebih dari tujuh bulan. pelakunya adalah teman satu kelas. usia mereka masih sama - sama tiga belas tahun.
 "Saya tidak tahu lagi harus melakukan apa untuk putri saya. saya tidak memeriksakannya di dokter atau bidan karena saya malu. Sejak perutnya mulai kelihatan membesar, dia sudah tidak mau ke sekolah lagi dan juga  tidak pernah keluar rumah. saya susah, saya kasihan pada anak saya  namun saya tidak tahu harus melakukan apa? " 
***
Setelah semua cerita tentang anak ini saya dapatkan dari sang ibu, saya pun mencoba menanyakan relasi mereka (ibu dan anak) selama ini. jawaban yang saya dapatkan,  selama ini anak lebih banyak sendirian di rumah, bapak ibunya bekerja. pertemuan dengan anaknya dalam sehari tidak lebih dari tiga jam. ibunya baru mengetahui anaknya hamil setelah usia kehamilan anaknya enam bulan. 
Ketika saya mencoba melebarkan pertanyaan, tentang pengetahuan kesehatan kesehatan reproduksi anaknya? jawabannya adalah hampir sama dengan ibu-ibu lain yang mempunyai persoalan sama.
Orangtua, mengatakan mereka merasa risih, tidak punya keberanian untuk bicara masalah seks kepada anak-anaknya. tabu! hal-hal yang paling sering dilakukan orangtua terhadap anak-anak adalah menasehati agar  anaknya tidak berpacaran secara berlebihan. Orangtua  tidak pernah memberikan  penjelasan apakah artinya pacaran secara berlebihan itu?  Orangtua menutup diri untuk berbicara masalah seks. seakan seks  hanyalah milik orangtua. Orang yang sudah menikah? lalu bagaimana dengan anak-anak yang telah mengalami akil balik? tahukah kita bahwa ketika anak mengalami masa puber, tubuh manusia menjadi sangat sensitif, mudah terangsang secara seksual? pada masa ini anak-anak mulai mencari perhatian pada lawan jenisnya? anak-anak mulai mencoba sesuatu yang baru? menjawab dengan caranya sendiri tentang apa yang sedang terjadi pada tubuhnya, atau mencoba berguru pada sahabat-sahabatnya yang dianggap lebih tahu persoalan seks? ataukah  mereka akan mencari dan membaca buku-buku atau melihat film-film porno? pada titik ini, peran orangtua sudah digantikan oleh orang lain, oleh buku-buku porno atau film-film porno. Anak mulai betah berada di luar rumah. Anak-anak sudah dikendalikan oleh teman-temannya, Anak bisa saja  melakukan sesuatu yang tidak pernah kita bayangkan. Anak-anak kita akan mengalami masalah lalu kita akan menghakimi mereka, memberikan stigma pada mereka. Kita lupa bahwa seks adalah milik semua orang dan kita ada karena hasil dari kegiatan seksual.


No comments:

Post a Comment