Berbagi kasih menuai damai
Anak & Perempuan di mata Joris
The Picture of My thoughts about Children and Women that I meet in my served.
Saturday 28 January 2017
Thursday 22 October 2015
Berhentilah Sekolah
Ketika salah seorang anakku mengatakan dia sudah bosan untuk pergi ke sekolah dan berencana untuk berhenti sekolah, aku pun tersenyum bangga. Aku senang karena aku yakin, kelak, ketika dia sudah dewasa dia tidak menjadi rakus dalam harta dan kekuasaan. Karena sejarah mencatat bahwa para koruptor dan penguasa adalah orang berpendidikan dan memiliki banyak ilmu pengetahuan.
Monday 6 October 2014
Senyum-ku adalah duka-ku 6 ( My Smile is my Sorrow) #true story
Seperti bermimpi engkau menemukan dirimu meringkuk di dalam kamar asing. Terhempas jauh dari harapan dan nilai yang pernah engkau miliki. Percuma kau bertanya kepada diri sendiri tentang mengapa engkau harus berada di kamar ini!
“Tika, Tika, Tika,... hari sudah menjelang sore mengapa kamu tidak segera bersiap-siap? Apakah kamu sakit? Ayo?”
“Mbak Narti ya?”
“Iya, aku Narti, ada apa dengan kamu? Ayo bukalah pintu kamarmu dan keluarlah!”
“Andaikan aku mengatakan bahwa saat ini aku sakit apakah Tuan mucikari akan memberi kesempatan kepadaku untuk istirahat? Mbak Narti, sejujurnya saat ini aku benar-benar merasa sakit, namun aku tidak yakin kalian percaya kalau aku sakit?”
“Kalau begitu bukalah pintu kamarmu, biarkan aku masuk agar aku bisa menilai keadaan fisikmu. Ketika aku tidak melihat wajahmu sudah tentu aku mengatakan bahwa kamu sehat, suaramu tidak menunjukan bahwa kamu sedang sakit?” Tika berjalan ke arah pintu, melepaskan kaitan paku yang menghubungkan pintu dengan papan kusen sehingga pintu pun terbuka.
“hmmm, dan sekarang aku sudah melihatmu, kamu memang tidak sakit. Sejak tadi teman-teman dan juga “mami,” istri mucikari mencarimu. Nah sekarang kamu harus segera keluar, mandi lalu makan. Jangan sampai mami melihatmu seperti ini karena mami akan sangat marah!”
“Mami marah? Mengapa harus mami yang marah? Aku yang seharusnya marah! Pertama karena aku sakit di bagian bawah perut, aku mempunyai cairan keputihan disertai bau yang sangat mengganggu! Kedua, aku, aku? Mengapa aku berada di tempat seperti ini? Mengapa aku menjadi seperti ini? Mbak sungguh aku tidak mengerti?” Untuk beberapa saat Tika membungkam, lalu bibirnya bergetar namun tidak bersuara. Perlahan air matanya mengalir membasahi pipinya. Di dalam pikirannya muncul jutaan pertanyaan besar tentang alasan kehadirannya di rumah bordil. Ada luka di hatinya, ada kekecewaan dan ada juga ketakutan, semuanya telah menyatu bagaikan sepiring adonan roti sehingga tidak ada seorang pun yang mampu mengurai.
Sebagai seorang pekerja seks yang mempunyai kedekatan khusus dengan mucikari, Narti sangat paham tentang arti tangisan Tika. Dia mengetahui secara pasti tentang rahasia mucikari dalam menjerat gadis lugu untuk dijadikan sebagai mesin pencari uang. Akan tetapi perlukah Narti merasa iba terhadap Tika dan menceritakan bahwa dia yang mendampingi mucikari pada saat pergi ke dukun pada empat puluh hari yang lalu?
“Tika, kamu tidak perlu takut pada cairan keputihan karena semua perempuan pasti mengalaminya. Aku dulu juga pernah mengalaminya namun setelah saya minum jamu, cairan keputihan dan bau pun akan menghilang. Lalu untuk sakit bagian bawah perut, itu juga biasa, saya bisa mengantarkan kamu ke tukang pijat.”
Subscribe to:
Posts (Atom)